-
-
0
komentar
Ini adalah bagian ke 7 Dhammapada
(90).
Mereka yang telah sampai pada akhir perjalanan** mereka yang lepas dari penderitaan dan dari segala sesuatu,*** telah terbebas,**** mereka yang telah menghancurkan semua ikatan,***** nafsu telah lenyap tak berbekas.******
*). Arahanta memiliki beberapa pengertian. Ia dapat diterjemahkan sebagai "Yang Mulia", "Yang Tidak Mempunyai Nafsu", atau "Yang tidak berbuat buruk sama sekali". Ia telah melepaskan diri dari kelahiran dan kematian. Setelah kematiannya yang terakhir, ia mencapai Parinibbana. Selama sisa hidupnya itu ia menolong para pencari kebenaran dengan teladan dan nasehat.
**). Seorang Arahat telah bebas dari lingkaran kehidupan atau keberadaan.
***). Segala sesuatu, yaitu lima kelompok khanda, dsb.
****). Kesedihan juga lenyap saat seseorang mencapai tingkat kesucian yang ketiga, Anagami, dengan dipatahkannya belenggu nafsu indera dan itikad buruk (atau kebencian).
*****). Ada empat jenis ikatan (gantha) yaitu, ketamakan, itikad jahat, kepercayaan pada upacara dan ritual dan menganggap prasangka sebagai suatu kebenaran.
******). Syair ini menunjukkan kondisi etis seorang Arahat. Panas adalah sifat jasmani dan batin. Tubuh seorang Arahat panas selama ia masih hidup, tapi batinnya telah terbebas dari panasnya nafsu.
(91).
Orang yang telah sadar berupaya sendiri; mereka tidak lagi terikat pada tempat tinggal. Seperti kawanan angsa yang meninggalkan kolam, begitulah mereka meninggalkan rumah (dan pergi mengembara).*
*). Para Arahat mengembara ke segala penjuru tanpa terhalangi oleh ikatan terhadap tempat tertentu, bebas dari konsep "aku" dan "milikku".
(92).
Mereka yang tidak lagi menabung (karma),* sederhana dalam makanan, Dia yang telah terbebaskan,** Kebebasan yang bercirikan kekosongan dan tanpa bentuk, jejaknya tidak lagi dapat dilacak, seperti burung-burung terbang di angkasa.
*). Ada dua jenis tabungan, yaitu tabungan karma dan tabungan empat kebutuhan hidup (seorang biksu).
**). Nirwana adalah kebebasan. Disebut kekosongan, karena tidak terdapat lagi kebencian, keserakahan dan kebodohan.
(93).
Ia yang telah mematahkan belenggu-belenggu batin, yang tidak lagi terikat pada makanan, dia yang telah terbebaskan, kebebasan bercirikan kekosonga dan tanpa bentuk, jejaknya tidak lagi dapat dilacak, seperti burung-burung terbang di angkasa.
(94).
Ia yang telah menjinakkan indera-inderanya seperti kusir mengendalikan kuda, yang telah bebas dari kesombongan dan belenggu-belenggu batin, disanjung bahkan juga oleh para dewa.
(95).
Seperti tanah ini, begitulah orang suci, tidak pernah mengeluh; ia seperti Indahkhila.* dan seperti kolam tak berlumpur; baginya**. Lingkaran kehidupan telah berakhir.***
*). Indakhila artinya penyangga untuk yang teguh dan tinggi seperti Sakka, atau penyangga utama pintu gerbang sebuah kota. Penjelasan menyatakan bahwa indakhila adalah pilar kokoh yang dibangun baik di dalam maupun di luar kota, sebagai hiasan. Biasanya mereka dibuat sari batu bata atau kayu yang tahan lama dan berbentuk segi delapan. Setengah dari tiang itu terpancang di tanah, dan karenanya teguh dan mantap seperti indakhila.
**). Tadi adalah orang yang tidak terikat pada obyek yang menyenangkan tapi juga tidak membenci obyek yang tidak menyenangkan. Ia tidak melekat pada apa pun. Berada di tengah-tengah delapan kondisi duniawi (untung - rugi, terkenal - tercela, dihina - dipuji, bahagia - menderita), seorang Arahat tetap tenang, membuktikan bahwa ia tidak lagi terbelenggu oleh rasa suka atau tidak suka, sedih atau gembira.
***). Berakhir di lautan samsara, lihat syair 60.
(96).
tenang dalam pikiran, tenang dalam ucapan, tenang dalam perbuatan, ia yang berpengertian benar, telah bebas,* tenang,**. Dan seimbang.
*). Seorang suci bebas dari segala noda batin.
**). Ia tenang karena batinnya benar-benar bersih.
(97).
Orang yang telah bebas dari dogma,* yang telah mengerti hakekat yang tak dilahirkan** (Nibbana), yang telah memutuskan semua ikatan*** dan telah mengakhiri baik dan buruk,**** dan telah menyingkirkan**** semua nafsu keinginan,***** sesungguhnya ia seorang yang termulia.
*). Dogma (Asaddho), secara harafiah berarti tidak percaya. Ia tidak semata-mata mempercayai kata orang, dan mengetahuinya langsung dari pengalaman sendiri.
**). Tak dilahirkan, seorang Arahat telah memutuskan ikatan kelahiran dan kematian.
***). Ikatan hidup dan kelahiran kembali.
****). Baik dan buruk, berarti telah berhenti menimbun (karma).
*****). Nafsu keinginan disingkirkan melalui empat tingkat kesucian. Nafsu-nafsu yang kasar dimusnahkan pada tiga tingkat pertama, yang halus pada tingkat terakhir.
(98).
Baik di desa maupun di hutan, di lembah atau di atas bukit, Di manapun seorang Arahat berdiam, tempat itu sungguh menyenangkan.
(99).
Amat menyenangkan hutan-hutan itu, tempat tiada dapat ditemukan kenikmatan duniawi. Di sana orang yang bebas dari nafsu* akan bergembira, karena mereka tidak lagi mencari kenikmatan indera.
*). Arahat yang telah bebas dari nafsu cenderung memilih tempat terpencil, yang tidak menarik bagi mereka yang masih menikmati keduniawian.