Dhammapada

Dhammapada baby!!

Empat Kebenaran Mulia

4 Kebenaran Mulia

Laughing

Here's an mp3 file that was uploaded as an attachment: Juan Manuel Fangio by Yue And here's a link to an external mp3 file: Acclimate by General Fuzz Both are CC licensed. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, ...

Block quotes

Some block quote tests: Here's a one line quote. This part isn't quoted. Here's a much longer quote: Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. In dapibus. In pretium pede. Donec molestie facilisis ante. Ut a turpis ut ipsum pellentesque tincidunt. Morbi blandit sapien in mauris. Nulla lectus lorem, varius aliquet, ...

Contributor post, approved

I'm just a lowly contributor. My posts must be approved by the editor.Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in quam. Etiam augue pede, molestie eget, rhoncus at, convallis ut, eros. Aliquam pharetra. Nulla in tellus eget odio sagittis blandit. Maecenas at ...

Posted by Art of Living - - 0 komentar

Ini adalah bagian ke 25 Dhammapada




(360).
Sungguh baik mengendalikan mata, pun mengendalikan telinga;  sungguh baik mengendalikan hidung dan telinga.

(361).
Sungguh baik mengendalikan jasmani, pun mengendalikan ucapan,;  sungguh baik mengendalikan pikiran, dimanapun engkau berada;  biku yang terkendali dalam segalanya, akan terbebas dari kesedihan.

(362).
Ia yang terkendali tangan, kaki, ucapan dan pikirannya;  yang bergembira dalam meditasi, tenang, menyendiri, dan hidup bahagia:  ialah patut disebut Biku.

(363).
Biku yang terkendali lidahnya, tidak anyak bicara, tidak congkak, yang menerangkan makna kitab suci, sungguh indah segala ucapannya.

(364).
Biku yang berdiam di dalam Dharma, bergembira di dalam Dhamma, merenungkan Dharma, dan selalu ingat akan Dharma, tak akan terpisah dari kemuliaan Dharma.

(365).
Hendaklah ia tidak mencela apa yang diperokehnya, dan tidak memupuk rasa iri terhadap (keberuntungan) orang lain. Biksu yang merasa iri pada keberuntungan orang lain tidak akan pernah mencapai konsentrasi*.
*).    Konsentrasi disini berarti Samadhi yang bersifat dunia maupun adiduniawi.

(366).
Jika seorang biksu tidak mencela apa yang diperolehnya (meskipun hanya mendapat sedikit), bahkan para dewa pun memujinya (yang hidupnya suci dan tekun berupaya).

(367).
Ia yang tidak memikirkan apa pun tentang 'aku' dan 'milikku' menyangkut tubuh dan pikiran, yang tidak bersedih karenanya, sebenarnya yang layak disebut biksu.

(368).
Biksu yang berdiam dalam cinta kasih*, berbahagia di dalam Dhamma serta mencapai keadaan Damai dan bahagia**,  akhir segala hal yang bersyarat.
*).   Seseorang dikatakan "berdiam dalam cinta kasih" bila ia telah mengembangkan Jhana ketiga dan keempat dalam meditasi dengan objek Metta (cinta kasih universal).
**).   Bahagia dalam pengertian mencapai Nibbana.

(369).
Kosongkan perahu ini*, O Biksu !   Tanpa engkau di dalamnya, perahu akan melaju lebih cepat;  buanglah nafsu dan kebencian, dan engkau pun akan menuju Nibbana.
*).    "Perahu" melambangkan jasmani, yang harus dikosongkan dari bentuk-bentuk pikiran yang buruk.

(370).
Lima diputuskan*, lima disingkirkan**, lima lagi dikembangkan***.  Biksu yang telah mengatasi kelima rintangan**** itu disebut telah 'menyeberang arus'.
*).      Lima belenggu yang mengikat seseorang tetap di 'pantai sini', yaitu, pandangan salah, keragu-raguan, kepercayaan pada upacara/ritual, afsu indera dan kebencian.
**).       Lima belenggu yang menghalangi seseorang ke 'pantai seberang'  yaitu, keterikatan pada alam bentuk, keterikatan pada alam tak berbentuk, kesombongan, kegelisahan an kebodohan.
***).     Lima kebajikan yang dikembangkan adalah keyakinan, kesadaran, upaya, konsentrasi an kebijaksanaan.
****).        Lima belenggu yaitu, nafsu, kebencian, kebodohan, keangkuhan dan pandangan salah.

(371).
Meditasilah, O Biksu !   Jangan lengah, dan jangan biarkan pikiranmu diombang-ambingkan oleh kesenangan indera, jangan gegabah dan menelan bola besi yang panas, lalu meratapi "inilah penderitaa".

(372).
Konsentrasi sukar dicapai oleh orang yang tidak bijaksana, begitu pula tak ada kebijaksanaan pada orang yang tidak meditasi. Orang yang memiliki konsentrasi dan kebijaksanaan, sesungguhnya berada diambang Nibbana.

(373).
Biksu yang telah menyepi pada tempat terpencil, yang telah menaklukkan pikirannya dan memahami Ajaran, menikmati kebahagiaan yang lebih dari orang lain.

(374).
Pada saat merenungkan muncul dan lenyapnya unsur-unsur, seseorang pasti akan senang dan berbahagia, ----  ia pun akan terbebas dari kematian (dan mencapai Nibbana).

(375).
Dan ini menjadi awal bagi seorang biksu yang bijaksana:  mengendalikan indera, merasa puas, menaati Patimokkha*, bergaul dengan orang mulia, penuh semangat dan hidupnya suci.
*).    Patimokkha, aturan-aturan yang harus dijalani oleh biksu dan biksuni.

(376).
Lihatlah betapa ia tulus dalam tingkah-laku dan bersih dalam perbuatan;  dengan penuh rasa bahagia, ia mengakhiri penderitaannya.

(377).
Seperti tumbuhan melati menggugurka bunganya yang layu;  begitulah, O Biksu, hendaknya engkau menggugurkan nafsu dan kebencian seluruhnya.

(378).
Biksu yang tenang tindak tanduknya, tenang dalam kata-kata, dan tenang pikirannya, yang telah melepasan segala hal duniawi, sesungguhnya disebut 'orang yang penuh damai'.

(379).
Engkaulah yang menilai dirimu sendiri, yang memeriksa diri sendiri. Jagalah dirimu dan sadarlah, O Biksu, maka engkau akan hidup berbahagia.

(380).
Sesungguhnya diri sendirilah juru selamat, diri sendiri pula tempat berlindung (bagi diri sendiri). Karena itu kendalikan dirimu, seperti seseorang mengendalikan kuda tunggangannya.

(381).
Dengan penuh rasa bahagia dan keyakinan terhadap Ajaran Buddha, seorang Biksu akan mencapai keadaan Damai, leburnya segala hal yang bersyarat, kebahagiaan tertinggi.

(382).
Biksu yang pada masa mudanya mengabdikan diri pada Ajaran Buddha, menerangi dunia ini seperti bulan yang tidak tertutup awan.

Leave a Reply