Dhammapada

Dhammapada baby!!

Empat Kebenaran Mulia

4 Kebenaran Mulia

Laughing

Here's an mp3 file that was uploaded as an attachment: Juan Manuel Fangio by Yue And here's a link to an external mp3 file: Acclimate by General Fuzz Both are CC licensed. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, ...

Block quotes

Some block quote tests: Here's a one line quote. This part isn't quoted. Here's a much longer quote: Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. In dapibus. In pretium pede. Donec molestie facilisis ante. Ut a turpis ut ipsum pellentesque tincidunt. Morbi blandit sapien in mauris. Nulla lectus lorem, varius aliquet, ...

Contributor post, approved

I'm just a lowly contributor. My posts must be approved by the editor.Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in quam. Etiam augue pede, molestie eget, rhoncus at, convallis ut, eros. Aliquam pharetra. Nulla in tellus eget odio sagittis blandit. Maecenas at ...

Posted by Art of Living - - 0 komentar

Ini merupakan bagian ke 26 dari Dhammapada



(383).
Berjuanglah menentang arus*, O Brahmana, dan singkirkan segala nafsu indera. (Dengan) mengetahui kehancuran segala yang dilahirkan, engkau pun akan mengetahui yang tak terlahirkan* (Nibbana).
*).    Nibbana tidak terbuat dari sesuatu, dan tidak terkondisi.

(384).
Bila dengan dua sarana*, seorang Brahmana pergi ke pantai seberang**,  maka segala rintangan yang menghalanginya akan lenyap.
*).     Samatha (konsentrasi) dan vipassana (pengertian).
**).    Mencapai pengetahuan yang lebih tinggi.

(385).
Baginya yang tak lagi berada di 'pantai sini'*  atau 'pantai seberang'   Atau kedua-duanya**, yang tidak lagi menderita atau pun terikat, --- ialah yang Kusebut seorang Brahmana.
*).    Enam gerbang indera.
**).   Seorang Brahmana tidak lagi terikat oleh konsep-konsep "aku" dan "milikku".

(386).
Ia yang tekun bermeditasi*, tiada bernoda dan hening batinnya, yang telah mengerjakan semua kewajibannya dan telah terbebas dari kotoran batin**, yang telah mencapai tujuan tertinggi, dialah yang Kusebut seorang Brahmana.
*).      Konsentrasi (samatha) dan pengertian (vipassana).
**).     Dengan enembus Empat Kebenaran Mulia dan mematahkan semua belenggu.

(387).
Mentari bersinar di siang hari, rembulan menerangi malam. Prajurit berkilauan dalam baju bajanya, Brahmana bercahaya dalam meditasinya. Di atas semuanya, Buddha cerah siang dan malam.

(388).
Karena telah mengikis habis kejahatan, ia disebut Brahmana;  karena kelakuannya tenang dan seimbang, ia disebut Samana;  karena telah membersihkan (kotoran) batinnya, ia disebut seorang Brahmana.

(389).
Jangan menganiaya seorang Brahmana*.  Jangan pula sang Brahmana mengumbar kemarahan kepada orang yang memukulnya. Sungguh memalukan orang yang memukul seorang Brahmana, tapi lebih memalukan lagi Brahmana yang murka kepada orang yang memukulnya.

(390).
Bagi seorang Brahmana, sikap tidak membalas seperti itu membawa keuntungan yang tidak sedikit. Di saat pikiran tidak lagi melekat pada benda-benda yang disenangi, dan bila keinginan untuk menyakiti orang lain hilang, maka penderitaan pun lenyaplah.

(391).
Ia yang tidak melakukan kejahatan melalui jasmani, kata-kata, dan pikiran, yang dapat mengendalikan ketiga-tiganya. Kusebut ia seorang Brahmana.

(392).
Bila (melalui orang lain) seseorang dapat mengerti Ajaran dari Yang telah mencapai Penerangan Sempurna, maka hendaklah kita menghormati orang itu, seperti Brahmana menghormati api suci.

(393).
Tidak dengan rambut yang dianyam, atau karena hubungan keluarga, pun bukan karena keturunan, seseorang menjadi Brahmana. Tapi ia yang mengetahui kebenaran dan Kesunyataan* , yang patut disebut seorang Brahmana.
*).     Telah merealisasikan Empat Kebenaran Mulia.

(394).
Apa gunanya rambut anyammu, O dungu ?  Untuk apa baju (kulit) rusamu ?  Ke dalam engkau penuh nafsu, di luar penuh hiasan*.
*).     Memakai perlengkapan seorang petapa, secara berlebihan.

(395).
Ia yang memakai jubah kotor penuh tambalan, kurus, hingga kelihatan urat dan pembuluh darahnya, yang bermeditasi sendirian di hutan, ialah yang Kusebut seorang Brahmana.

(396).
Aku tidak menyebutnya seorang Brahmana, hanya karena ia lahir dari seorang Brahnana. Orang yang penuh dengan rintangan batin, tak lebih dari seorang pemburu kesenangan. Tapi bila ia telah bebas dari rintangan batin maupun keterikatan, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

(397).
Ia yang telah memutuskan semua belenggu, yang teguh dan tidak terikat lagi, Kusebut seorang Brahmana.

(398).
Ia yang telah memutuskan semua belenggu (kebencian), tali (nafsu keinginan) dan ikatan (takhayul), serta rintangan lain yang tersembunyi, yang telah membuang kayu penghalang (kebodohan), dan telah mencapai penerangan (Bodhi), iala yang Kusebut seorang Brahmana.

(399).
Ia yang tanpa rasa marah menanggung celaan, deraan, dan hukuman, yang kekuatannya terletak pada kesabarannya,  kusebut seorang Brahmana.

(400).
Ia tidak membenci, tapi taat dan tekun, berbudi luhur, tidak tenggelam oleh nafsu keinginan, terkendali, dan memiliki badan jasmani yang terakhir, ialah yang Kusebut seorang Brahmana.

(401).
Seperti air diatas daun teratai, seperti biji lada di atas jerami, ia yang tidak terikat pada nafsu-nafsu indera, Kusebut seorang Brahmana.

(402).
Ia yang menyadari, "Inilah akhir penderitaan", yang telah melepaskan semua beban dan telah terbebas, Kusebut seorang Brahmana.

(403).
Ia yang pengetahuannya mendalam, bijaksana, mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, yang telah mencapai tujuan tertinggi, Kusebut seorang Brahmana.

(404).
Ia yang tidak bergaul erat dengan perumah-tangga maupun dengan yang tak berumah tangga, yang berkelana tanpa tempat tinggal dan telah bebas dari segala keinginan, Kusebut Ia seorang Brahmana.

(405).
Ia yang tidak lagi menyakiti baik yang lemah maupun yang kuat dan tidak membunuh ataupun menyebabkan pembunuhan, Kusebut seorang Brahmana.

(406).
Ia yang ramah di antara yang memusuhi, damai di antara yang penuh kekerasan, tidak terikat di antara yang melekat, Kusebut seorang Brahmana.

(407).
Ia yang segala nafsu, kebencian, kesombongan, dan kekotoran batinnya telah hilang, seperti biji lada yang jatuh dari ujung jarum, Kusebut seorang Brahmana.

(408).
Ia yang berbicara dengan lemah lembut, mengandung nasehat dan kebenaran, tanpa menyinggung siapapun, Kusebut seorang Brahmana.

(409).
Ia yang tidak mengambil apa yang tak diberikan, sedikit atau banyak, besar atau kecil, baik terang-terangan maupun dengan curang, ialah yang Kusebut seorang Brahmana.

(410).
Ia yang tidak lagi mempunyai keinginan, baik pada kehidupan sekarang maupun yang akan datang, yang telah bebas, Kusebut seorang Brahmana.

(411).
Ia yang tidak lagi memiliki kerinduan, yang berdasarkan pengetahuannya telah terbebas dari kebimbangan, yang telah menyelami keadaan Tanpa Kematian (Nirwana), ialah yang Kusebut seorang Brahmana.

(412).
Ia yang telah berada di atas kejahatan dan kebajikan, lepas dari keterikatan, yang telah terbebas dari penderitaan, tak ternoda, dan suci, Kusebut seorang Brahmana.

(413).
Ia yang tak ternoda seperti bulan purnama, suci, tenang, dan jernih*, yang telah menghancurkan nafsu keinginan untuk terlahir kembali, Kusebut seorang Brahmana.
*).     Jernih berarti tidak terpengaruh oleh gangguan apapun.

(414).
Ia yang telah melewati rawa-rawa yang sukar dilalui ini, samudera kehidupan (samsara) dan khayalan, yang telah menyeberang*  dan mengatasinya, yang tekun bermeditasi, bebas dari nafsu keinginan dan keragu-raguan, tidak terikat oleh apapun, dan telah mencapai Nirwana, ialah yang Kusebut seorang Brahmana.
*).   "Menyeberang"  artinya mengatasi banjir nafsu indera, pandangan salah dan ketidaktahuan.

(415).
Ia yang di dalam kehidupan ini, telah melepaskan nafsu indera dan menjalani kehidupan sebagai petapa, yang telah melenyapan keinginan akan kesenangan indera dan kelahiran kembali*, ialah yang Kusebut seorang Brahmana.
*).    Kelahiran kembali di alam manusia, alam berbentuk, dan alam tidak berbentuk.

(416).
Ia yang dalam kehidupan ini, telah melepaskan nafsu keinginan dan menjalani kehidupan seorang petapa, yang telah melenyapkan nafsu dan keinginan untuk lahir kembali, ialah yang Kusebut seorang Brahmana.

(417).
Ia yang telah membuang ikatan-ikatan duniawi serta melampaui ikatan-ikatan surgawi, telah sempurna terbebas dari segala ikatan  ---  ialah yang Kusebut seorang Brahmana.

(418).
Ia yang telah menanggalkan rasa suka*. Dan tidak suka**,  yang tenang, tanpa belenggu***, yang telah menaklukkan dunia****, dan yang penuh kesungguhan, --- ialah yang Kusebut seorang Brahmana.
*).      Mencerminkan keterikatan pada nafsu indera.
**).      Tidak menyukai kehidupan menyepi di hutan.
***).     Belenggu ada empat macam, yaitu, kelompok unsur (khandha), nafsu-nafsu (kilesa), kehendak (abhisamkara), dan nafsu-nafsu indera (kama).
****).   Menaklukkan khandha didunia.

(419).
Ia yang telah mengetahui hakekat kematian dan kelahiran kembali makhluk hidup, yang tidak terikat, maju terus* dan mencapai penerangan sempurna**,  ialah yang kusebut seorang Brahmana.
*).     Telah sempurna dalam latihan, dan mencapai Nibbana.
**).   Yang telah memahami Empat Kebenaran Mulia.

(420).
Ia yang jalan hidupnya tidak diketahui baik oleh para Dewa, Gandhabba* maupun manusia, yang telah melenyapkan semua kotoran batin dan menjadi Arahat, ialah yang kusebut seorang Brahmana.
*).     Makhluk surgawi.

(421).
Ia yang tidak lagi terikat pada unsur-unsur, baik pada masa lalu, maupun masa yang akan datang, yang hidup tanpa ikatan dan belenggu, ---   Ialah yang Kusebut seorang Brahmana.

(422).
Ia yang tapa rasa takut*, yang mulia, sang pahlawan, petapa**, sang penakluk***, yang tiada nafsu dan telah mencapai pencerahan****, sempurna*****, ialah yang kusebut seorang Brahmana.
*).         Berani seperti seekor banteng.
**).       Yang melatih moralitas, konsentrasi dan kebijaksanaan.
***).      Yang menaklukkan nafsu-nafsu.
****).    Yang telah mencuci bersih semua kotoran batin.
*****).   Yang telah memahami Empat Kebenaran Mulia.

(423).
Ia yang mengetahui kehidupannya yang lalu, yang dapat melihat surga dan neraka*, dan telah mencapai akhir dari kelahiran**, menyempurnakan diri***, yang dengan kebijaksanaan tertinggi telah menjadi seorang suci****, ialah yang kusebut seorang Brahmana.
*).         Ada empat alam yang menyedihkan.
**).       Kearahatan.
***).     Mencapai tingkat kemajuan batin tertinggi dengan memahami apa yang dapat dipahami, membuang apa yang harus dibuang, melakukan apa yang harus dilakukan, dan mengembangkan apa yang harus dikembangkan.
****).    Kehidupan suci yang berpuncak pada kebijaksanaan yang membimbing ke jalan
Kearahatan, berakhirnya semua nafsu.

Leave a Reply